Skip to main content

Debat Pertama; Sebuah Refleksi dan Pesan


               Dua hari yang lalu saya kembali berkunjung ke almamater tercinta, SMA Negeri 1 Kupang. Ah, sepertinya kata berkunjung kurang pas untuk mewakili kedatangan saya hari itu. Karena saya tidak hanya datang berkunjung, lebih dari itu saya juga mengikuti, menyimak dan memberikan penilaian serta masukan bagi adik-adik kelas 10 anggota English Club yang baru pertama kali berlatih debat. Debat dibagi menjadi 2 putaran dengan motion (topik debat) yang berbeda. Motion pertama berbunyi : This House Believes That Hand Phone Should be Forbidden to Bring to School, serta yang kedua berbunyi : This House Believes That The Driving Age Should be Raised. Tak dapat dipungkiri, momen debat pertama di EC (singkatan untuk English Club) adalah momen yang menegangkan dan penuh kegugupan; namun momen itulah yang nantinya akan menghantar anggota-anggota EC menuju perjalanan-perjalanan hebat yang penuh kejutan di hari-hari mendatang.
                Saya duduk di barisan paling depan karena saya diminta untuk menjadi adju1 pada debat kali itu. Mereka yang akan berdebat pada putaran pertama nampak sedikit gugup (sedikit gugup karena ini debat pertama, namun dapat diatasi dengan baik karena mereka telah mempersiapkan materi debat sejak motion diberikan yakni seminggu sebelumnya). Ada yang berdebat dengan cukup yakin juga dengan suara yang lantang, ada juga yang bersuara kecil namun penyampaian argumennya baik. Berada di situasi itu secara otomatis membuat saya memutar kembali kenangan akan pengalaman debat pertama saya pada tahun 2014.
                Tepatnya pada  17 Agustus 2014, seusai mengikuti upacara saya beserta teman- teman (Fanni, Cia, Joy, Andri, Ramadhan) langsung dipanggil oleh beberapa kakak kelas anggota EC untuk menuju ke ruangan kelas akselerasi (saat itu kelas akselerasi masih ada) untuk debat.  Motion  saat itu adalah This House Believes That Uniform isn’t needed in Our School, yang mana telah diberikan sehari sebelumnya sehingga kami telah menyiapkan argumen sejak malam . Saya, Cia dan Fanni menjadi tim Government2 melawan Joy, Andri, dan Ramadhan yang berdiri sebagai tim Opposition3. Saya menjadi 1st Speaker dengan waktu bicara yang saya pakai adalah tiga menit lebih beberapa detik (saya lupa persisnya berapa, namun yang pasti lebih dari tiga menit). Setelah itu, kakak-kakak memberikan penilaian dan masukan kepada kami.
                Tak terasa empat tahun berlalu sudah, dan tak pernah disangka-sangka sebelumnya, debat pertama itulah yang membuka pintu-pintu pengalaman dan kesempatan berharga lainnya yang saya dan teman-teman dapatkan selama bergabung di EC. Dari debat di ruang kelas nan panas meskipun pendingin ruangan terpampang nyata di dinding, kami diterbangkan oleh sekolah menuju kompetisi debat bergengsi di UI dan SMAK Penabur. Dari yang awalnya dinilai oleh kakak-kakak kelas, kami kemudian dinilai oleh debater – debater hebat yang telah mewakili Indonesia di ajang perlombaan debat tingkat dunia. Dari debat tentang seragam, kami kemudian berdebat mengenai hubungan internasional, krisis ekonomi, hak buruh, hak minoritas, kebijakan publik, dan hal-hal yang tak pernah kami pusingkan sebelumnya.
                Bergabung di EC Smansa merupakan pengalaman yang tak akan mungkin saya sesali sedikitpun. Bukan hanya sebuah klub, EC Smansa sudah menjadi salah satu bagian hidup terbaik yang pernah saya miliki. Berada di sebuah wadah yang selalu menyumbangkan energi positif bagi saya, serta berjuang bersama orang-orang yang sama-sama ingin maju merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Di EC kami tidak hanya berdiskusi dan berdebat, tetapi juga bertukar canda, tawa, bahkan hinaan yang selanjutnya menjadi bahan lelucon yang akan ditertawai bersama tanpa ada rasa dendam atau sakit hati dengan candaan itu.
                Saya yakin, adik-adik anggota baru EC juga akan merasakan warna-warni perjalanan mereka sendiri. Mereka akan terbang tinggi, bahkan lebih tinggi dari kakak-kakak mereka (anggota EC yang seangkatan dengan saya) karena mereka memulainya dengan kemauan sendiri, bukan dengan paksaan (ini mungkin akan dibagikan di tulisan lain, hahahhh). Mereka akan mulai melihat dunia dengan cara yang berbeda, melihat pelbagai persoalan dengan perspektif yang lebih lebar. Mereka akan diasah menjadi pemikir-pemikir hebat yang pada masa mendatang diharapkan mampu memberi solusi bagi permasalahan bangsa yang tiada habisnya.
                Saya tidak tahu apakah mereka akan membaca tulisan ini atau tidak, tapi saya hanya ingin menyampaikan pesan ini : jangan pernah menyerah! Mungkin kalian sudah terlalu muak mendengar pesan seperti itu, namun memang begitulah adanya. Menjadi bagian dari English Club bukan hanya tentang lomba-lomba bergengsi seperti yang dipromosikan oleh kakak-kakak, dibalik itu ada rasa lelah yang luar biasa. Kamu akan mengorbankan waktu-waktumu untuk mempelajari hal-hal yang menurutmu tidak berkenaan langsung dengan hidupmu, ketika teman-temanmu yang lain bisa kesana-kesini setelah pulang sekolah, kamu harus tetap tinggal di sekolah dan latihan. Kamu akan tidur selarut-larutnya mempelajari kasus-kasus yang akan didebatkan nanti, kamu akan merasakan sensasi lelahnya latihan setiap hari dengan dua sampai tiga ronde berturut-turut.
                Kamu harus siap dikritik, kadang dengan penyampaian yang sedikit pedas. Kamu akan ditempa, akan diminta untuk berdebat lebih baik setiap harinya. Kamu akan pusing membagi waktu antara mengerjakan pr, belajar untuk ujian, atau memikirkan motion karena kompetisi sudah semakin dekat. Kamu akan menghadapi drama rombak tim, akan merasakan pahitnya bersitegang dengan teman tim sendiri. Kamu juga harus menghadapi drama di rumah, ketika orang tua mulai mempertanyakan kepulanganmu yang larut.
                Ketika kamu mulai merasa bisa dan menguasai debat dan kemudian dipercaya untuk mengikuti kompetisi di luar provinsi, kamu akan merasa bodoh sebodoh-bodohnya karena ternyata masalah yang dapat diangkat menjadi motion banyak sekali dan wawasanmu nyatanya sempit sekali karena tidak pernah mengetahui topi-topik itu sebelumnya. Kamu akan mempelajari motion-motion baru dan akhirnya marah dengan diri sendiri karena tak kunjung mengerti letak permasalahannya maupun solusi terbaiknya. Kamu merasa kamu sudah bisa, namun akhirnya sadar kamu belum apa-apa. Kamu merasa telah memberikan performa terbaik dibanding teman-teman lainnya sewaktu latihan , namun kemudian kamu akan merasa jauh dibawah ketika berhadapan dengan provinsi lain di perlombaan.
                Mungkin ada dari kamu yang nantinya merasa tidak dilirik, tersisihkan, maupun tidak mendapat panggung layaknya teman yang lain. Tak apa, itu hal yang wajar. Tapi jangan pernah berhenti, panggungmu mungkin tidak diraih saat ini, namun di jenjang yang lebih tinggi kamu akan meraih lebih dari sebuah panggung, bisa saja sebuah opera; karena kamu telah melewati proses yang panjang sejak menengah atas. Kamu akan selalu menjadi bagian dari keluarga, bukan karena kamu berada di tim inti namun karena kamu selalu berjuang bersama.
                Berbaurlah dengan teman-teman kelas lain serta kakak-kakak. Jangan segan untuk bertanya jika kebingungan mulai melanda. Di luar debat, cobalah sisihkan waktu untuk hangout dengan anggota yang lain. Diskusikanlah hal-hal lain diluar debat dengan kakak-kakak (film, lagu, komik, novel, ataupun cowo ganteng di sekolah). Dari sanalah timbul rasa kekeluargaan, saling peduli, saling memiliki.
                Ketika pengalamanmu sudah banyak, tetaplah rendah hati. Jangan pernah sekalipun merasa ‘lebih’ karena kesempatanmu lebih banyak. Ketika kompetisi bergengsi sudah diikuti, jangan lekas berpuas diri; tugasmu mempersiapkan adik-adik baru untuk meraih yang lebih darimu. Milikilah rasa tanggung jawab atas wadah yang telah mengajarimu terbang, dan jadilah bagian dari kepakkan sayap adik-adikmu. Salurkanlah rasa terima kasihmu dengan dedikasi.
                Pada akhirnya  nanti kamu akan melihat bahwa semua hari-hari penuh lelah itu menghasilkan buah-buah yang manis. Segala pusing dan drama yang kamu alami akan membuatmu menjadi pribadi yang kokoh, lebih dari yang pernah kamu duga sebelumnya. Wawasanmu akan lebih luas, koneksimu akan melebar. Dan akan tiba masanya kamu akan sangat merindukan segala kelelahan itu.


Comments

Popular posts from this blog

Global UGRAD Program; Proses Seleksi, Tips dan Trik

Tulisan-tulisan saya sebelumnya banyak bercerita mengenai kehidupan saya di Amerika Serikat, tepatnya di Kota Fayetteville, Arkansas. Di tulisan kali ini, saya akan membahas mengenai beasiswa yang memberangkatkan, menyekolahkan dan menghidupi saya selama hidup di sana. Beasiswa Global UGRAD. Global Undergraduate Exchange Program (Global UGRAD) merupakan salah satu program beasiswa yang disponsori oleh US Department of State dan dikelola oleh World Learning. Beasiswa ini diperuntukkan bagi mahasiswa/mahasiswi jenjang studi S1 dari berbagai negara untuk berkuliah selama 1 atau 2 semester di universitas-universitas di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri, proses seleksi beasiswa ini dikelola oleh AMINEF (American Indonesian Exchange Foundation). Untuk deskripsi lebih lengkap mengenai program ini, silakan klik tautan berikut:  https://www.worldlearning.org/program/global-undergraduate-exchange-program/  dan untuk persyaratan-persyaratannya, silakan klik tautan berikut:  https://www.amin

Tujuh Petualang

Tennessee, 17-20 Januari 2020 “ I wanna go to Tennessee” kataku pada Arzu pagi itu. “ Me too! Well, let’s go next weekend! we have a break next Monday, so looong weekend is coming!” balasnya. Yang kuingat adalah, esok lusanya sudah ada lima orang teman lain yang bergabung dengan kami untuk pergi ke Tennessee. Arzu memang benar-benar mengejutkan dan sangat bisa diandalkan dalam urusan mengumpulkan orang. Malam-malam berikutnya dipenuhi dengan meeting di basement untuk membahas trip ini. Ada yang mencari rental mobil dengan harga murah dan bisa menyewakannya untuk pengemudi di bawah 25 tahun, ada yang mencari penginapan, ada yang mencari info ke mana harus menyewa kamera, dan aku bertugas untuk membuat daftar tempat wisata yang akan dikunjungi. Semua sibuk. Diskusi di basement kadang berpindah ke Slim Chicken sambil masing-masing menyantap makan malam. Hari itu akhirnya tiba. Mobil, penginapan, jajan, dan kamera sudah siap. Kami berangkat dari Fayetteville sekitar pukul 5 sore,

Aku Sudah Di Sini

Fayetteville, 6 Januari 2020 Aku sudah benar-benar di sini. Ini sudah pukul delapan malam, dan aku baru punya momen sunyi untuk menyadari bahwa sungguh aku sudah benar-benar di sini. Pesawatku mendarat di Northwest Arkansas Regional Airport pukul 11.57, dan aku tiba di kampus pukul 13.00. Begitu tiba, aku langsung mengurusi beberapa administrasi yang berkaitan dengan asrama, dilanjutkan dengan pergi berbelanja di Walmart untuk mengisi kamarku yang kosong, serta keperluan-keperluanku yang lain. Aku tiba kembali di kampus sekitar pukul 17.00, membawa seluruh hasil belanjaku ke kamar, memasang seprai yang baru kubeli, dan mencoba terlelap. Tapi tak bisa. Usahaku untuk terlelap memakan waktu satu jam, dan sungguh selelah apapun aku tetap tidak bisa tidur. Aku menghubungi Arzu temanku dan mengajaknya makan malam. Kami makan di satu-satunya restoran cepat saji di dalam lingkungan kampus yang untungnya sudah dibuka. Perkuliahan baru akan dimulai minggu depan, kampus masih sepi. Dining Hal